Salah
satu aspek dampak globalisasi yang lebih positif adalah membuat pendidikan bisa
dinikmati semua anak, remaja, dan dewasa di planet ini atau, dengan kata lain,
menyediakan pengetahuan dan teknik agar dapat memahami dunia dengan lebih baik,
menarik manfaat besar dari lingkungan, meningkatkan kondisi hidup, sehingga
memiliki peluang untuk mengakses berbagai produk pengetahuan umat manusia
disepanjang sejarah.
Internet
mendukung pendidikan di banyak negara, tetapi tidak semuanya. Masalah ini belum
terpecahkan bagi banyak negara, dimana anak-anak dan remaja bisa bersekolah,
menikmati tahun-tahun sekolah, dan bahwa sekolah bermanfaat bagi tuntunan hidup
mereka sebagai manusia, bagi pekerjaan masa depan, dan bagi kehidupan secara
umum. Masalahnya tidak selalu begitu. Kondisi perekonomian yang buruk di banyak
negara, keluarga, atau keyakinan budata tertentu, anggapan bahwa wanita
sebaiknya tidak bersekolah , menghalangi beberapa orang di dunia ini untuk mendapatkan
pendidikan dasar di sekolah.
Ini
masih tergantung pada negara tempat orang tersebut lahir, di benua tempat
tinggalnya, atau pada tingkat perekonomian negara tersebut. Saat ini kita tahu bahwa negara-negara
yang telah berinvestasi, atau sedang berinvestasi, di bidang pendidikan,
perekonomian mereka meningkat dan menjadi negara dengan perekonomian yang maju
pesat, sehingga terjadi peningkatan hidup. Contohnya China, india atau
irlandia, dimana perekonomian mereka meningkat pesat selama 20 tahun terakhir
disebabkan investasi besar di bidang pendidikan.
Oleh
karena itu, lembaga-lembaga internasional yang memeperhatikan fenomena
globalisasi ini tidak henti-hentinya menekankan pada banyak negara tentang
pentingnya berinvestasi di bidang pendidikan atau pada negara-negara dengan
sumber daya yang sedikit agar memprioritaskan investasi dibidang pendidikan.
Hasilnya akan segera terlihat.
Teknologi
baru menawarkan kesempatan besar bagi pendidikan. Ketika internet digunakan
atau ketika kita memiliki akses ke internet, kita akan mendapatkan begitu
banyak dan beragam informasi. Internet merupakan sebuah paradigma, tetapi tidak
semua orang memiliki kesempatan itu. Oleh karena itu, merupakan sebuah
kewajiban, target, atau tantangan agar setiap orang bisa menikamti pendidikan
dan dapat mengakses teknologi baru.
Teknologi
yang ditawarkan dalam bidang pendidikan tentulah banyak dan beragam. Seiring
berkembang pesatya teknologi akibat globalisasi yang terjadi, Indonesia
hendaknya dapat mengambil manfaat dari berkembangnya teknologi tersebut
terlebih dalam pengemabngan di bidang pendidikan. Dengan perkembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat ini, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar
(pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian
terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses
transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi
(contents) dan sistemnya.
Mengembangkan
e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga
pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di
bidang teknologi komunikasi dan informasi. Secara
sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning)
merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN)
sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh
berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasey, 2001).
Dikatakan oleh pakar teknik informatika Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta Yudi Prayudi, Jumat (24/2/2012), di Yogyakarta.
Sistem e-learning atau pembelajaran elektronik cocok dengan kondisi
geografis Indonesia yang terpisah antarpulau. "Oleh karena itu, sistem e-learning perlu
diterapkan dalam pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia, khususnya di
jenjang perguruan tinggi," ujar Yudi. Menurut dia, hal tersebut diperlukan
karena pendidikan Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah. Permasalahan
itu, di antaranya, sumber daya manusia Indonesia yang tersebar dalam lingkungan
geografis yang sangat luas. Selain itu, ketersediaan infrastruktur dan
kualitasnya juga beragam. Penyebaran sumber daya manusia yang berkualitas itu
juga sangat bervariasi antardaerah.
Yudi mengungkapkan, ada daerah yang relatif maju,
memiliki sumber daya manusia yang unggul, infrastruktur memadai, dan kaya
informasi. Tetapi, masih banyak juga daerah yang kualitas sumber daya
manusianya masih rendah, infrastruktur kurang memadai, dan miskin informasi.
"Adanya daerah yang kaya informasi dan miskin informasi tersebut terjadi
kesenjangan pengetahuan," kata Yudi yang juga Ketua Program Studi Teknik
Informatika Fakultas Teknik Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII).
Menurut dia, untuk mengatasi permasalahan itu, solusi
secara konvensional akan membutuhkan waktu yang lama. Padahal, banyak perguruan
tinggi yang memiliki sumber daya sangat terbatas untuk mampu menambah jumlah
gedung dan ruangnya, memperbesar jumlah mahasiswa, meningkatkan kualitas dosen,
dan menekan biaya operasional pendidikan.
"Untuk itu, muncul e-learning yang
menjadi solusi, yakni proses belajar mengajar yang difasilitasi dan didukung
oleh pemanfaatan teknologi informasi dan internet," katanya. Ia
menambahkan, e-learning memang relevan bagi perguruan
tinggi, sehingga ke depan mahasiswa tidak on campus alias selalu berada
di kampus, melainkan juga off campus.
"Hal itu akan menjadikan keterserapan mahasiswa
pendidikan tinggi semakin luas. Seiring dengan hal itu ketersediaan media
teknologi dan informasi, kualitas staf pengajar dan kurikulum pendidikan tinggi
tetap diprioritaskan," katanya. Dalam implementasinya, menurut dia,
E-Learning diharapkan bukan menjadi hal utama dalam proses belajar
mengajar.
"Roh pembelajaran, kedekatan personal antara
dosen dan mahasiswa tetap harus diutamakan. Jika media teknologi informasi
dapat dimanfaatkan dengan benar, maka akan meningkatkan aksesibilitas, ekuitas,
dan kualitas pendidikan nasional," kata Yudi. Pemanfaatan
teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi di
Indonesia semakin kondusif dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri
Departemen Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) tahun 2001 yang mendorong
perguruan tinggi konvensional untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh
(dual mode).
Dan dengan menggunakan system pembelajaran E-Learning ini diharapkan dapat
bermanfaat terlebih dalam bidang pendidikan perguruan tinggi sehingga tidak ada
hambatan untuk yang ingin belajar meskipun dibatasi jarak yang berjauhan dan
berbeda pulau, karena dapat diakses selama terkoneksi internet.
Sumber :
Juan
Manuel Vazquez Varela & Elisardo Bacona Iglesias. Jakarta 2011. Learning To Live Globalisasi. PT Bhuana
Ilmu Popular Kelompok Gramedia.
http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56
13.00.00 |
Category:
Perspektif Global
|
0
comments